Kamis, 15 November 2012

Renungan

Kalau tempat dan waktu menentukan takdirmu, berarti Bung Karno dan Bung hatta patut kita salahkan. Rumah ibadah untuk aktifitas belajar mengajar? Ya, inilah kenyataan yang saya lihat di Mapinang Selatan, pulau Sikakap Mentawai ini. Apakah ini akan efektif untuk mengajari anak-anak tentang pengetahuan yang mencerdaskan ? saya tidak tahu. Ya, saya tidak tahu. Yang saya lihat dan saya tahu adalah anak-anak tetap belajar dengan gembira dan smuangatzzz. Paling tidak itu terpancar dari setiap pertanyaan yang saya ajukan. “ kalau besar mau jadi apa anak-anak ?” mereka akan menjawab serentak “ guru, dokter, pak”. Bagaimana mungkin profesi yang sering di sebut mulia dan terhormat di kalangan masyarakat kita ini banyak diminati anak-anak sekolah dasar ini, padahal mereka saat ini lebih sering melihat volunteer seperti saya daripada guru atau dokter yang hanya datang satu kali dalam satu bulan. Tapi apakah impian lugu ini akan terwujud bagi anak-anak yang saya kagumi impiannya ini? Atau terlalu lugukah saya bertanya? Kita sering mendengar “ tempat tidak menentukan takdirmu” atau “ gantungkanlah cita-cita setinggi langit …” Sangat hebat rentetan huruf yang menjadi kata tersebut. Dan kita pun cukup berharap semoga anak-anak ini dapat mewujudkan impiannya menjadi kebenaran. Tapi, cukupkah kita berharap tanpa menyediakan tempat yang layak? Pantaskah kita mempunyai catatan kerja yang bersampul mewah dan berkertas khusus dan tentu saja mahal, sementara mereka hanya punya satu buku yang ditulis pensil untuk menulis catatan pelajaran? Ataukah layakkah kita mengatakan itu bukan urusanku, pemerintah sudah punya agenda jelas bagi mereka? Ah, terkadang saya terlalu tajam, menyindir, dan terkesan menyudutkan bila saya menanyakannya kepada siapa saja yang mungkin bisa membantu. Mungkin cukup mengetahui impian mereka dan berharap dapat terwujud dengan keajaiban semesta, sudahlah membuat doa saya lengkap dengan harapan. Saya jadi terdiam kaku sendiri ketika hanya bisa merenunginya. Ya, saya terdiam kaku ketika saya hanya bisa bertanya dan berharap hebat dari hasil pertanyaan saya sendiri. Apakah saya juga mesti berbuat hebat dan menjadi orang yang hebat agar saya di dengarkan dan di dukung? Atau mungkin saya hanya butuh berbuat tapi tidak mesti hebat ?

1 komentar: