Minggu, 11 November 2012

Pustaka Pondok Baca di tepi hutan

Pondok baca ! yaps, ini ide dari bapak Japetson Purba,SH. Yang awalnya di buat untuk tempat peristirahatan dan tempat “ngota” seperti warung kopilah. Karena memang tiap selesai dongan saya japet ini mengajar anak sekolah dasar filial mapinang selatan , kami pasti cerita bagaimana keadaan terkini dari dusun ini. Dan Pondok baca ini di buat dengan sumbangan 50 ribu rupiah dari saya. Layaknya seperti Projek Manager sebuah pustaka raksasa yang serba beton, dia “beragumentasi” menyidik saya seperti penuntut umum bagaimana kalau saya ikut dalam dana talangan untuk membangun rumah baca yang sebenarnya hanya bermodalkan tidak lebih dari 100 ribu rupiah. Dengan arsitektur sekitar 30 atap rumbia, 5 buah papan, 3 kursi kayu dengan ukuran ruangan 3x6 meter persegi...dengan kosakata yang akan saya segera saya ketikkan “ jadi, lae, aku mau buat tempat istirahat kita, disini, biar enak kita cerita pada siang hari atau malam hari, karena lae tahu rumah kita itu sudah terlalu sempit jadi…dst. Kira-kira menghabiskan 3 menitanlah bapak japetson ini berargumen dan menjelaskan mamfaatnya pondok baca yang dobel fungsi ini. Oke. Jawab saya. Dia seperti terkejut melihat persetujuan saya. Tapi, jangan jadi tempat yang lain ya lae ( sambil saya tersenyum misterius yang hanya dimengerti kami berdua) meledaklah ketawa kami siang itu. Setelah saya ingat-ingat gaya bicaranya sahabat saya japetson ini, saya kira lebih cocok memanggilnya dengan penasehat hukum yang lagi ditatar. Catatan : setelah di buat, Pondok baca ini ternyata menjadi tempat membaca siang hari, mengajar tambahan sore hari, dan pada malam hari kira kira jam sampai jam 8 malam menjadi tempat latihan main gitar dan nyanyi anak-anak, alias menjadi base camp mereka. Dan sempat bermetamorfosis menjadi tempat tontonan warga, yang sangat menggangu istirahat pak japet, dan dua guru wanita lainnya, karena warga menonton hingga jam larut malam, dini hari, hingga pagi…sebelum akhirnya kembali ke fungsional kesepakatan awal kami, karena pemilik televisi tersinggung dengan alasan yang tidak jelas. Syukurlah. Ngota = merumpi = bercakap-cakap Lae= Sebutan sepadan dalam bahasa batak Mapinang selatan, Mentawai-Sumbar April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar