Rabu, 17 Oktober 2012

semangat kerja anak tanpa tanda jasa



Siapa bilang bekerja dengan anak-anak sekolah dasar itu ruwet? Bikin pusing? Dan bakalan buat mereka tidak bisa tertawa ? Tidak juga. Ini adalah kejadian nyata alias real, di daerah pengawasan saya. Anak-anak mengangkat tanah untuk menimbun lantai dari ruangan sekolah yang tidak datar, membuang sampah kayu, plastik makanan, rumput-rumput, bonggol akar kayu karena areanya memang hutan.
Kami mengumpulkan mereka , memberikan mereka arahan, mencontohkan apa yang di kerjakan, dan di akhir kerja bakti, kami berikan sedikit keriangan dengan  memberikan mereka makan snack dan minuman…dan lagi pula mereka sangat senang, karena yang mereka kerjakan itu adalah sekolah yang bakal ditempati anak-anak itu sendiri. Hayoooo…mereka tersenyum, tertawa, ketika di beri  tahu seperti itu. Anak-anak yang bekerja dengan semangat ini memberikan sketsa kuas indah bahwa tidak semuanya harus di selesaikan dengan imbalan uang atau pujian yang berlebihan.
Uniknya lagi, ada beberapa anak yang dilarang orang tuanya untuk tidak ikut bergotong-royong mengerjakan sekolah sementara ini, tapi tetap saja mereka bersembunyi, kemudian mengendap-endap, berlari menuju sekolah yang mau di bersihkan. Orang tua yang melarang bukan halangan.
 Jadi, naluri alamiah itu memang tetap, selalu ada dalam hati, sifat, smuangatzzz tiap jiwa dan itu tentu saja juga berlabuh di pribadi anak-anak sekolah dasar tadi. Ketika mengerjakan program sekolah sementara ini, yang bisa saya tuturkan adalah ruangan alam,  karena memang hanya 3 kelas, tidak ada langit-langit asbes ataupun jendela normal dengan dua atau empat pasang dan hanya beralaskan semen kasar campur kerikil dan pasir karang pantai, sungguh membuat pikiran saya jauh terbang melintas ke sekolah sekolah mentereng yang beralaskan keramik dan berdindingkan bata kokoh yang sering saya lihat di kota.
Tapi, tentu saja , walaupun daerah ini baru terkena musibah, tidak boleh jadi bencana kebodohan bagi anak-anak pulau ini. Bisa saja kita mengatakan anak pulau itu terbelakang dan susah di urus. Dengan pengalaman saya bersama tim, bisa jadi itu berubah kalau mereka di beri kesempatan. Dalam sebuah buku inspiratif Muhammad yunus peraih nobel perdamaian, dia bertutur demikian “ siapa saja termasuk orang miskin, bisa jadi punya kehidupan layak kalau di beri kesempatan”. Nah, mengenai kesempatan yang membuat anak pulau menjadi lebih cerdas, tentu saja kita harus menilainya secara objektif dulu . Semangat mereka untuk bekerja bakti membangun sekolah sementara sekalipun di larang  beberapa orang tua anak, sudah cukup membuktikan.
Yang pasti kita sepakati bahwa anak anak ini punya tekad untuk menjadi lebih baik. Dan itu fakta yang saya lihat dengan beberapa kawan yang bekerja sebagai sukarelawan membangun sekolah di pulau yang baru terkena musibah. Itu tidak mengurangi semangat belajar mereka. Bagaimana kalau fasilitasnya lebih layak seperti yang sering kita lihat di kota ? Dan tentu saja kita boleh terharu sekaligus belajar sedikit kebijaksanaan hidup bahwa bencana mengajarkan cermin hidup makna nyata.
Juni 2011, Mentawai, Sumatera barat.

kerja bakti anak-anak