Serupa dengan sebuah pohon yang sudah
cukup matang untuk di tebang, tidaklah suatu hal yang mengherankan bila ada
istilah “ makin tua, makin menjadi”. Walaupun konotasi katanya bermakna
negatif, tapi tidak bisa kita ingkari,
kita pastilah akan menua. Entah asal muasalnya muncull darimana, makna tua yang
paling sering di beri arti adalah tua dalam hal usia. Usia yang tua adalah usia yang merupakan pintu senja yang
memamerkan ke eksotisan usia yang penuh makna atau hanya sekedar senja
yang sirna tanpa kemilau pengalaman yang penuh warna. Bisa jadi kita melewati pintu jejak makna
kehidupan kita dengan rayuan cita-cita yang setinggi langit. Ini tidaklah
salah. Kita pastilah ingin kehidupan yang istimewa, penuh dengan raihan kata sarat harta dan takhta. Harta bisa sangat umum di identikkan dengan materi, salah satunya
uang. Zaman yang sangat cepat perubahan tekhnologinya menawarkan kemudahan
dalam menikmati ragam dunia. Dengan benda yang hanya selebar kue lemper,kita
bisa terhubung dengan siapa saja, dan kapan saja di lintas bumi ini. Dengan tombol
yang masih kalah besar dari kancing baju
kita, kita dengan asyiknya pindah dari satu ruang ke tempat lain. Kita sering
menganggap kecepatan dan kecanggihan menunjukan kecerdasan intelek seseorang. Maka, tidak usah heran ada
orang yang bisa bergonta-ganti gadget berkali-kali dalam hitungan bulan. Ini tentu saja bukan hal yang wajar. Mirip
seseorang yang lagi tinggi atau sakau obat-obatan terlarang, jenis orang yang
kita bahas ini juga mengalami candu, tapi candu tekhnologi. Konyolnya lagi,
jenis candu ini selalu dianggap orang lain sebagai “fortuner”. Memang masih terlalu dini kita katakan hidup
dapat amburadul karena tekhnologi. Bisa saja ini hiburan anak kota yang
lagi-lagi katanya harus. Maka tidak heran, terlalu sering kita perhatikan teman
dan mungkin di lingkungan sosial dan keluarga kita, cekikikan sendiri ketika
membaca sms masuk, atau terburu-buru mengangkat hand phonenya hanya karena
selalu menganggap itu penting, sekalipun jenis manusia ini lagi berhadapan dan
dekat dengan kita. Nah, ini bukan suatu hal yang aneh terjadi lagi di
keseharian kita sebagai makhluk sosial, jutaan informasi yang memikat kita
tentu saja akan memakan siapa saja yang menganggap dirinya high tech dan
fortuner tadi. Mengingat kembali petuah
lama, bahwa pisau bisa digunakan untuk membunuh tapi tentu saja sangat
disarankan memotong sayur di dapur, penggambaran tekhnologi tidak jauh dari
situ. Tekhnologi tentu saja dibuat untuk mempermudah pekerjaan dan mendekatkan
kita dari yang jauh, tapi benarkah kita harus mempermudah semuanya ? Cukup
banyak kita dengar di era ini, orang mengucapkan sesuatu hal yang sangat
penting dalam hidupnya seperti menikah atau kesepakatan bisnis dan pekerjaan
hanya lewat nada suara. Ajaibnya ini sudah dianggap hal yang “cool” dan sangat
pantas. Sampai tibalah suatu hari kita
merasa ada yang hilang. Kita tidak lagi dapat merasakan kerenyahan tawa berkumpul
bersama orang-orang yang kita sayangi dan di lingkupi warna suasana hidup di
ruangan nyata sebuah halaman rumah atau taman. Tekhnologi sudah memenuhinya.
Pintu senja tua pun akhirnya menyambut kita dengan pelukan yang tidak lagi
hangat. Kita kehilangan momen istimewa hubungan yang tak kan terulang lagi.
Kita kehilangan genggaman dan raut wajah berhadap-hadapan yang kalau terjadi
bisa jadi menambah makna pembelajaran hidup kita. Kita lebih mampu mengekspresikan
siapa kita dan menilai langsung pribadi lain dengan lebih jitu. Inilah yang
tidak bisa diwakilkan kehebatan tekhnologi. Tekhnologi tidak memiliki rasa. Sama
ketika kita belajar simulasi agar mendapatkan surat izin mengemudi, walaupun
simulasi itu menyerupai dunia nyata, tapi tetap saja kita kehilangan rasa nyata.
Begitu pula ketika kita berhubungan dengan pasangan, sahabat karib, dan
keluarga, sangat terlihat kurang pas atau mengena kalau kita hanya menghubungi
nomor untuk mengungkapkan perhatian dan makna sayang. Itu tidak salah, hanya
saja tidak mengena ke empunya perasaan. Dunia ini sederhana tapi tidak bisa
dimudahkan terlalu mudah. Dahulu ketika kecil tentu saja kita sangat
bahagia ketika di kecup di kening daripada di seberang sinyal sana kita
mendengarkan suara kecupan. Kita boleh saja terbang seperti burung melintas hidup, tapi ke kubangan juga
kita mendarat. Pintu senja tua sedikit memberikan bahwa jangan biarkan pintu
kita reot oleh arus tehknologi sehingga kita melupakan komunikasi yang saling berhadapan dan menyentuh sangat lebih memberikan arti yang lebih kuat,
lebih bermakna. Berani ambil satu perbuatan kecil sekarang menghubungi orang
yang kita sayangi dengan mengucapkan kata : aku ingin bertemu dan menikmati
keindahan waktu bersamamu hari ini juga
? “ Dan mulai sekarang cobalah.
Nikmati getaran nyata hidup anda. Dimana saja, kapan saja. Berani ?
Anda, saya, kita, semua jenis makhluk hidup pasti pernah mengalami hantaman smuangatzzz pada-Nya. Biji saja bersmuangatzzz dengan berkecambah, Pohon bersmuangatzzz dengan cabangnya, dan Pagi bersmuangatzzz dengan mentari paginya, binatang bersmuangatzzz dengan kicaunya, aumannya. Alam bersmuangatzzz dengan hujan, panas, badainya...dan tentu saja anda, saya, kita, Bersmuangatzzz dengan hentakan langkahnya, gairah berbaginya, dan tentu saja Tawa Smuangatzzz perbuatannya...^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar